Kisah Inspiratif: Lika-liku Penghafal Qur'an Menghadapi Psikomatis


Aku mulai menghafal sejak kelas XII SMK tepatnya semester II. Saat itu aku hanya menghafal surat-surat pendek.
Aku berniat untuk meneruskan hafalanku setelah lulus dari sekolah. 

Dengan  bermodal sebuah semangat serta ridho dari ibuku, tahun 2017  aku mantap berniat mencari guru tahfidz untuk menyetorkan hafalan pertamaku serta membimbingku dalam menyelesaikan hafalan. Namun sayangnya, bapak tidak begitu mendukung. Karena bapak berfikir "cukup bapak saja yang merasakan jatuh bangun dalam proses menghafal Alquran". 

Dengan semangat dan tekadku untuk menyelesaikan hafalan, setiap pagi aku mengayuh sepeda melewati satu desa untuk menyetorkan  hafalanku. Hari demi hari, ayat demi ayat, lembar demi lembar akhirnya genap satu tahun aku menyetorkan hafalanku.

Karena dengan begitu banyak kesibukan dirumah, aku merasa berat untuk tetap mempertahankan juz - juz yang telah ku hafal. Jadi kuputuskan meminta izin untuk berangkat ke pesantren. 

Dengan segala usaha untuk bisa meluluhkan hati bapak agar mengizinkan ku berangkat ke pesantren. Akhirnya bapak pun menyetujuinya. Saat itu bapak mengizinkan untuk ke Jogja, tapi ternyata pendaftaran semua unit di sana telah ditutup. Akhirnya sebuah pondok tahfidz di Kediri- lah yang aku tuju.

Ternyata menghafal di pesantren juga tak semulus yang kubayangkan.
Aku sering tiba-tiba merasakan sesak hebat.  Aku juga tidak mengerti, kenapa gejala - gejala itu bisa tiba - tiba muncul. Sebenarnya gejala seperti ini sudah pernah ku rasakan sejak kelas 5 SD. Tapi tak separah dan sesering seperti saat ini. 

Berkali-kali periksa dokter, tetap saja jawaban dokter adalah karena terlalu stres dan banyak pikiran. Tapi mungkin saja itu benar, Karena setiap kali aku  memikirkan sesuatu yang terlalu berat, sesak nafas yang aku alami akan terasa sakit luar biasa. 

Akhirnya kuputuskan untuk pindah ke pondok yang  lebih dekat dari rumahku. 
Di pondok yang ke 2 ini, karena jadwal setoran yang tidak menentu, pikiran ku pun mulai kacau lagi. Dan membuat fisik ku juga terkena imbasnya.
bahkan ketika BAB yang keluar hanya darah. Lalu dipondok yang ke 3, hal yang sama juga terulang lagi. 


Tapi aku tidak mau menyerah. Aku mencoba mencari lagi pondok pesantren lainnya, yang jaraknya masih tidak terlalu jauh dari rumahku. 
Alhamdulillah di pondok yang ke 4 ini, aku merasa lebih nyaman dan akhirnya bisa merampungkan hafalanku.

Setiap hari aku menghafal 1 halaman saja. Memang tidak banyak, tapi aku yakin asalkan aku istiqomah aku pasti berhasil. Pagi hari adalah waktu yang kupilih untuk menghafal. Mulai pukul 8 pagi hingga pukul 11 siang. Aku berusaha untuk khusyuk, fokus terhadap hafalan ku, walaupun tak jarang saking khusuknya aku menghafal akhirnya malah membuatku tertidur. Hehe 

Di pondok ini jadwal setoran hafalan dilakukan 2 kali. 
Yang pertama adalah setoran hafalan yang baru dan yang ke dua adalah setoran hafalan yang lama.
Dan untuk persiapan setoran murojaah (hafalan yang lama) aku memperbaiki nya mulai ba'da Dzuhur, sekitar pukul setengah 2 hingga adzan asar. 


Aku mengulang setoran hafalan dari awal lagi, sambil terus ziyadah  (menambah hafalan) juz - juz yg blm kuhafal. 
Sedangkan untuk setoran murojaah aku menyetorkan 2 juz. Satu juz bagian depan dan satu juz lagi, bagian belakang. 

Dan karena jumlah santri nya hanya sedikit, jadi kami tidak diberi batasan untuk menyetorkan seberapapun.. 
Dan juga di pondok ini tempat nya cukup luas, aku bisa bebas murojaah di tempat yang tenang. 


Ketika mulai muncul rasa malas, ku renungkan kembali pesan ibuku saat aku meminta izin untuk berangkat ke pesantren 
" Nak, kmu harus bisa bertanggung jawab atas keputusan mu, atas apa yg telah kamu pilih". 
Dan juga pesan bapak ku "bahwa semua hanyalah tentang waktu. Sering - seringlah semaan. Yang  pnting di deres terus." 
Sambil membayangkan wajah beliau, orang yang paling menyayangiku di muka bumi ini. 

Dari awal berangkat ke pesantren, aku sudah menetapkan sebuah target 2,5 tahun harus sudah khatam. Meskipun banyak drama yang tercipta, tapi alhamdulillah aku bisa mencapai target itu. Meskipun aku telah lulus mengikuti ujian tasmi' 30 juz di tahun 2021 yang lalu, tapi sampai sekarang aku masih terus memperbaiki hafalanku. 

Memang benar dawuh kiyai Munawwir Munajat bahwa menghafal Al-Qur'an itu Ibarat memegang Belut

Dipegang juz depan, bagian belakang 
Mobat - mabit ( melawan ketika dipegang) 
Dipegang belakang, depan mobat - mabit. Dipegang depan dan belakng, bagian tengah mobat - mabit. 
Maka dari itu, selalulah nderes al Quran baik itu depan, tengah, ataupun belakang. Meskipun tetap ada saja yang belum terpegang betul. 
Nderes mu adalah ta'dzimmu pada al Quran. 


Comments

Popular posts from this blog

Kisah Inspiratif Penghafal Al-qur'an - Menghadapi Ujian Sakit

Keelokan Sang Akhirul Zaman yang Dinantikan Syafaatnya